Tablet (compressi)
Pengertian
Tablet
adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Menurut FI edisi IV,
tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi (USP 26, hal 2406). Tablet adalah sediaan padat
yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan
mengempa sejumlah partikel yang seragam (BP 2002). Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut
kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk
tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan
sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau
mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenali orang. Warna tablet umumnya
putih. Tablet yang berwarna mungkin karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi
ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak lebih menarik, mencegah
pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Pemberian
etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat aktif yang
dikandung, dan jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.
Kriteria
Tablet
Suatu tablet harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat
aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat
aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus
cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot
dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan
laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil
terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan
fisik;
8. Stabilitas kimiawi
dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus
dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi
persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar
Validasi, Hal 26)
Keuntungan tablet
Dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara lain :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
2. Tablet
merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
3. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.
4. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan
dikirim.
5. Pemberian
tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan
pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau
berhiasan timbul.
6. Tablet
paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera
terjadi.
7. Tablet
bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus
atau produk lepas lambat.
8. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran.
9. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik,
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
10. Bau,
rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.
11. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang
tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
12. Dapat
mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.
13. Tablet
merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
14. Tablet
sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
15. Pemakaian
oleh penderita lebih mudah.
Kerugian tablet
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa
menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau
rendahnya berat jenis.
2. Obat yang sukar dibasakan, lambat
melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau
setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas
obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan
bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau
kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa
(bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat
merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
4. Kesulitan menelan pada anak-anak,
orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.
Penggolongan
Tablet
Berdasarkan
Metode Pembuatan
Berdasarkan
metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet
kempa.
·
Tablet cetak
Tablet cetak dibuat dari
bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa
dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase
tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi
dalam system pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa
serbuk yang lembap ditekandengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga
harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet
bergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan
selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
·
Tablet kempa
Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegrant dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak
(pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan,
bahan pengaroma dan bahan pemanis.
Jenis-jenis
tabletnya sebagai berikut:
Ø Tablet
triturat
Tablet
triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya slindris,
digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
Ø Tablet
hipodermik
Tablet
hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau
melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum
digunakan untuk injeksi hipodermik.
Ø Tablet
sublingual
Tablet
sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau
jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.
Ø Tablet
bukal
Tablet
bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga
zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Ø Tablet
efervesen
Tablet
efervesen dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung
campuran asam (asam sitrat, asam asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang
jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet disimpan
dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembap dan pada etiket
tertera informasi bahwa tablet ini tidak untuk ditelan.
Ø Tablet
kunyah (chewable)
Tablet
kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam
rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin,
antasida dan antibiotic tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, pada umumnya
menggunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi,
serta mengandung bahan pewarna dan bahan
pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.
Berdasarkan
distribusi obat dalam tubuh
Berdasarkan
distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Bekerja lokal:
misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan
pada infeksi di vagina.
2. Bekerja sistemik:
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi:
a.
Yang bekerja short acting (jangka pendek); dalam satu hari memerlukan beberapa
kali menelan obat
b.
Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup menelan satu
tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi:
1) Delayed action tablet
(DAT)
Dalam tablet ini
terjadi penundaan zat berkhasiat karena pembuatannya adalah sebagai berikut.
Sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak
diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah
setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah
lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung pada macam
bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua
kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
2) Repeat action tablet
(RAT)
Granul-granul dari kelompok yang
paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya
dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.
Berdasarkan
jenis bahan penyalut
Tujuan penyalutan tablet:
a. Melindungi
zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara,
kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi
rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat
penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur
tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet enteric yang pecah
di usus.
Macam-macam
tablet salut:
1. Tablet salut biasa/ salut gula
(dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang mengandung serbuk
yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida
yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah
waktu penyalutan yang lam adan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat
disolusi dan memperbesar bobot tablet.
Tahapan pembuatan salut
gula:
a. Penyalutan
dasar (subcoating):
Jika
tablet mengandung zat yang higroskopis, digunakan lebih dahulu salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop
salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
Beberpa
contoh bahan penyalut dasar:
Sirop
salut dasar (subcoating syrup)
-
Akasia 2,25%
-
Gelatin 2,25%
-
Sakarosa 57,25%
-
Aquadest 38,25%
Serbuk
salut dasar (subcoating powder)
-
Kalsium karbonat 35%
-
Kaolin 16%
-
Talk 25%
-
Sakarosa 20%
-
Akasia 4%
Salut
penutup (sealing coat)
-
Shellac 40%
-
Alkohol 60%
b. Melicinkan
(smoothing): yaitu proses pembasahan
berganti-ganti dengan sirop pelicin (bolak-balik) dan pengeringan dari salut
dasar tablet menjadi bulat dan licin.
Sirop
pelican (smoothing syrup):
-
Sakarosa 60%
-
Aquadest 40%
c. Pewarnaan
(coloring): dilakukan dengan memberi
zat warna yang dicampurkan pada sirp pelican.
d. Penyelesaian
(finishing): proses pengeringan salut
sirop yang terakhir dengan cara perlahan-lahan serta terkontrol. Panic penyalut
diputar perlahan-lahan dengan tangan hingga terbentuk hasil akhir yang licin.
e. Pengilapan
(polishing): merupakan tahap akhir,
di sini digunakan lapisan tipis malam yang licin. Sebagai campuran lilin digunakan
campuran pengilap (polishing mixture)
yang telah dilarutkan dalam petroleum bensin, yang isinya, adalah:
-
Bees wax 90%
-
Canauba wax 10%
2. Tablet salut selaput (film coated
tablet, fct), disalut dengan
hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan
campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau
mengandung air.
3. Tablet salut kempa
adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang
terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat
tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain yang
sehingga terbentuk tablet berlapis (multi
layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara
berulang (repeat action).
4. Tablet salut enteric
(enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni
jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan
untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
5. Tablet lepas-lambat
(sustained-release tablet), atau tablet dengan efek
diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap
tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
Berdasarkan cara
pemakaian
1. Tablet biasa/tablet telan.
Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di
lambung.
2. Tablet kunyah (chewable tablet).
Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut
kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Contohnya tablet antasida.
3. Tablet isap (lozenges, trochisi,
pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat
tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan
cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan/atau sukrosa yang dilelehkan atau
sorbitol) yang disebut pastiles, atau dengan cara kempa menggunakan bahan dasar
gula yang disebut trochisi. Diisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai
obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung
antibiotic, antiseptic, dan adstringensia.
4. Tablet larut (effervescent tablet).
Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
5. Tablet implant (pelet).
Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormone steroid,
dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet
dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas
perlahan-lahan.
6. Tablet hipodermik (hypodermic
tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam
air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptic
dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
7. Tablet bukal (buccal tablet).
8. Tablet sublingual.
9. Tablet vagina (ovula).
Komponen tablet
Komponen tablet atau formulasi
tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran
dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan pewarna yang
diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan
pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat
aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Eksipien
atau bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent)
berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan
pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya
laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta
menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa,
povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c. Bahan penghancur/pengembang
(disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara
kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelican (lubrikan/lubricant)
berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna
untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat
dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya
lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi
dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebih harus
dihindari. PEG dan garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi kurang
memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih
tinggi.
e. Glidan
adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya silica
pirogenik koloidal.
f. Bahan penyalut (coating agent):
(lihat pada jenis bahan penyalut)
3. Ajuvan.
Ajuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja dari suatu obat.
a. Bahan pewarna (colouring agent)
dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b. Bahan pengaroma (flavour)
berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (misalnya tablet
isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di
mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
Cara pembuatan
tablet
Bahan obat dan zat-zat tambahan
umumnya berupa serbuk yang tidak dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi
tablet karena akan langsung hancur dan tablet menjadi mudah pecah. Campuran
serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan
volume lebih besar yang saling melekat satu sama lain. cara mengubah serbuk
menjadi granul ini disebut granulasi.
Tujuan
granulasi adalah sebagai berikut:
1. Supaya
sifat alirnya baik (free-flowing).
Granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke
dalam mesin pencetak tablet.
2. Ruang
udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan bentuk
serbuk jika diukurdalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin
mudah pecah.
3. Agar
pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari matriks (die).
Granul-granul
yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran serbuk halus (fines) antara 10%-20% yang bermanfaat
untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi
tiga cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering (mesin rol atau mesin slug),
dan kempa langsung.
1. Granulasi
basah
Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Metode ini memproses campuran partikel zat aktif
dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi.
Tahapannya
adalah sebagai berikut:
- Pengeringan bahan obat dan zat tambahan
- Pencampuran serbuk gilingan
- Persiapan larutan pengikat
- Pencampuran larutan pengikat dan campuran serbuk hingga membentuk massa yang basah.
- Pengayak kasar dari massa yang basah menggunakan ayakan no 6-12.
- Pengeringan granul basah dalam lemari pengering pada suhu 400-500 C (tidak lebih dari 600 C)
- Pengayakan granul kering dengan pelicin dan penghancur.
- Pencampuran bahan ayakan.
- Tablet dikempa.
Keuntungan granulasi basah:
·
Memeperoleh aliran yang baik
·
Meningkatkan kompresibilitas
·
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
·
Mengontrol pelepasan
·
Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
·
Distribusi keseragaman kandungan
·
Meningkatkan kecepatan disolusi
Kerugian granulasi basah:
·
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
·
Biaya cukup tinggi
·
Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non
air
2.
Granulasi kering
Granulasi
kering/slugging/precompression, dilakukan dengan
mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu
ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang
homogen, lalu dikempa cetak pad tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan.
Keuntungan granulasi kering :
·
Peralatan lebih sedikit karena tidak mengguanakan larutan
pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu lama.
·
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
·
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh tidak terikat
oleh pengikat.
Kerugian granulasi kering:
·
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
·
Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
·
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
3.
Kempa langsung
Metode dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien
kering, tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya. Tetapi hanya dapat
digunakan pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki
aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut
tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Cetak
atau kempa langsung dilakukan jika:
1. Jumlah
zat berkhasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2. Zat
khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing).
3. Zat
khasiat berbentuk kristal yang bersifat free-flowing.
4. Mempunyai
kompresibilitas yang baik.
5. Mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Bahan
pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa
mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat
dikempa dan beberapa pati yang termodifikasi, misalnya tablet Hexamin, tablet
NaCl, tablet KMnO4.
Keuntungan
kempa langsung:
·
Prosesnya lebih singkat, metode ini lebih
singkat prosesnya karena tenaga dan mesin yang digunakan lebih sedikit.
·
Dapat digunakan untuk zat aktif yang
tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
·
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik
karena tidak melalui proses granulasi terlebih dahulu tetapi langsung menjadi
partikel.
·
Tablet kempa langsung berisi partikel
halus, sehingga tidak perlu melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
Kerugian
kempa langsung:
·
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan
bulk antara zat aktif dengan pengisi menyebabkan kurang seragamnya kandungan
zat aktif di dalam tablet.
·
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak
mudah untuk dikempa langsung, karena itu biasanya digunakan 30% dari formula
agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkan pun semakin
banyak dan mahal.
·
Sulit dalam pemilihan eksipien karena
eksipien ynag digunakan harus bersifat mudah mengalir; kompresibilitas yang
baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
Macam-macam
kerusakan pada pembuatan tablet
1. Binding:
kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang
cetakan.
2. Sticking/picking:
perlekatan yang terjadi pada punch
atas dan bawah akibat permukaan punch
tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.
3. Whiskering:
terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan
dalam botol, sisi-sisiyang berlebih akan terlepas dan menghasilkan bubuk.
4. Splitting/capping
Splitting.
Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Capping:
membelahnya tablet di bagian atas.
Penyebabnya
adalah:
a. Daya
pengikat dalam massa tablet kurang.
b. Massa
tablet terlalu banyak fines, terlalu
banyak mengaandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar.
c. Tenaga
yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada
di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d. Formualnya
tidak sesuai.
e. Die
dan punch tidak rata.
5. Mottling:
terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
6. Crumbling:tablet
menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan
tablet dan zat pengikatnya kurang.
Syarat-syarat
tablet menurut FI III dan FI IV
1. Keseragaman
ukuran (FI III)
Diameter tablet tidak
lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
2. Keragaman
bobot dan keseragaman kandungan (FI IV)
Keseragaman bobot
ditetapkan sebagai beriikut (FI III):
a. Timbang
20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.
b. Jika
ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak
boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga dalam kolom B.
c. Jika
perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam
kolom A maupun kolom B.
Bobot
rata-rata tablet
|
Penyimpangan
bobot rata-rata dalam %
|
|
<25
mg
26-150
mg
151-300
mg
>300
mg
|
A
|
B
|
15
10
7,5
5
|
30
20
15
10
|
Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif
merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup
mewakili keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang
cukup dari keseragamn kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari
tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau
kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi
syarat uji keseragaman kandungan yang
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet (FI
IV).
3. Waktu
hancur (FI III)
Alat:
Tabung gelas panjang 80mm sampai
100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm,
ujung bawah dilengkapi kassa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak
nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah ditengah-tengah
tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam airbersuhu antara 360-380
C sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat
dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan pada posisi tertinggi tepat di atas
permukaan air dan kedudukan terendah, yaitu mulut keranjang tepat di bawah
permukaan air.
Cara
kerja:
Masukkan 5 tablet ke dalam
keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kassa,
kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet bersalut gula dan salut selaput.
Jika tablet tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu,
kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan
pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.
Waktu
hancur tablet salut enterik:
Lakukan pengujian waktu hancur
menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, namun air diganti dengan
asam klorida (HCl) 0,006 N lebih kurang 250 ml. pengerjaan dilakukan selama 3
jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera
tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8, atur suhu
antara 360 dan 380 C, celupkan keranjang ke dalam larutan
tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak
terdapat bagian tablet di atas kassa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram
penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat di atas.
Waktu
hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang
harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan
lepas-tunda.
Untuk
obat yang kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti
daripada uji waktu hancur.
Cakram
penuntun:
terdiri atas cakram yang terbuat
dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah
rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari
titik pusat, pada tiap lubang terdapat kassa kawat tahan karat dengan diameter
0,445 mm yang dipasang tegak lurus dengan cincin penuntun yang dibuat dari
kawat jenis sama dengan diameter 27 mm. jarak cincin penuntun dengan permukaan
atas cakram adalah 15 mm. bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 g dan
tidak lebih dari 2,1 g. Kecuali
dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet,
waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
4. Kekerasan
tablet (FI III)
Pengukuran kekerasan tablet
digunakan untuk mengetahui kekerasannya agar tablet tidak terlalu rapuh atau
terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot
tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan
tablet adalah hardness tester.
5. Keregasan
tablet (friability)
Friability
adalh
persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau
kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut friability tester.
Caranya :
·
Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian
ditimbang (W1 gram).
·
Masukkan tablet ke dalam friability tester untuk diuji.
·
Putar alat tersebut selama 4 menit.
·
Keluarkan tablet, bersihkan dari debu
dan ditimbang kembali (W2 gram).
·
Kerapuhan tablet yang didapat
Batas kerapuhan yang diperbolehkan
maksimum 0,8%.
Implan
(Implant)
Implant
atau
pellet adalah sediaan dengan massa
padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat
dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan dimaksudkan untuk ditanam di
dalam tubuh (subkutan) dengan tujuan memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan ditanam dengan bantuan
injektor khusus (tracor) atau sayatan
bedah. Implan biasanya mengandung hormone seperti testosterone atau estradiol
yang dikemas dalam vial atau lembaran kertas timah steril
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsuni,
Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep.
Jakarta: EGC
http://shiciro.blogspot.com/2010/11/teori-sediaan-tablet.html
http://adiyugatama.wordpress.com/2012/04/11/sediaan-tablet/
http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html