Selasa, 09 April 2013

tablet



 Tablet (compressi)

Pengertian
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi (USP 26, hal 2406). Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah partikel yang seragam (BP 2002).  Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenali orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna mungkin karena zat aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.
Pemberian etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat aktif yang dikandung, dan jumlah zat aktif (zat berkhasiat) tiap tablet.

Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

Keuntungan tablet
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan antara lain :
1.      Tablet merupakan bentuk sediaan utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dibanding semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
2.      Tablet merupakan sediaan yang biaya pembuatannya paling rendah.
3.      Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah dibawa.
4.      Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.
5.      Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6.      Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7.      Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
8.      Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
9.      Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
10.  Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.
11.  Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
12.  Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil.
13.  Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
14.  Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
15.  Pemakaian oleh penderita lebih mudah.

Kerugian tablet
1.      Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.
2.      Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup.
3.      Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
4.      Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut usia.

Penggolongan Tablet
Berdasarkan Metode Pembuatan
Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa.
·         Tablet cetak
Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam system pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembap ditekandengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet bergantung pada ikatan Kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak bergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
·         Tablet kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegrant dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

Jenis-jenis tabletnya sebagai berikut:
Ø  Tablet triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya slindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
Ø  Tablet hipodermik
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
Ø  Tablet sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.
Ø  Tablet bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Ø  Tablet efervesen
Tablet efervesen dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran asam (asam sitrat, asam asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembap dan pada etiket tertera informasi bahwa tablet ini tidak untuk ditelan.
Ø  Tablet kunyah (chewable)
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotic tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai bahan pengikat atau pengisi, serta mengandung bahan pewarna  dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.

Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh
Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.      Bekerja lokal: misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.

2.      Bekerja sistemik: Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi:
a.      Yang bekerja short acting (jangka pendek); dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan obat
b.      Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi:
1)      Delayed action tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan zat berkhasiat karena pembuatannya adalah sebagai berikut. Sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua, demikian seterusnya, tergantung pada macam bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
2)      Repeat action tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

Berdasarkan jenis bahan penyalut
Tujuan penyalutan tablet:
a.       Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.
b.      Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c.       Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d.      Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet enteric yang pecah di usus.

Macam-macam tablet salut:
1.      Tablet salut biasa/ salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang lam adan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.

Tahapan pembuatan salut gula:
a.       Penyalutan dasar (subcoating):
Jika tablet mengandung zat yang higroskopis, digunakan lebih dahulu salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
Beberpa contoh bahan penyalut dasar:
Sirop salut dasar (subcoating syrup)
-        Akasia                   2,25%
-        Gelatin                  2,25%
-        Sakarosa                57,25%
-        Aquadest               38,25%
Serbuk salut dasar (subcoating powder)
-        Kalsium karbonat              35%
-        Kaolin                               16%
-        Talk                                   25%
-        Sakarosa                            20%
-        Akasia                               4%
Salut penutup (sealing coat)
-        Shellac                               40%
-        Alkohol                             60%
b.      Melicinkan (smoothing): yaitu proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelicin (bolak-balik) dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.
Sirop pelican (smoothing syrup):
-        Sakarosa                            60%
-        Aquadest                           40%
c.       Pewarnaan (coloring): dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampurkan pada sirp pelican.
d.      Penyelesaian (finishing): proses pengeringan salut sirop yang terakhir dengan cara perlahan-lahan serta terkontrol. Panic penyalut diputar perlahan-lahan dengan tangan hingga terbentuk hasil akhir yang licin.
e.       Pengilapan (polishing): merupakan tahap akhir, di sini digunakan lapisan tipis malam yang licin. Sebagai campuran lilin digunakan campuran pengilap (polishing mixture) yang telah dilarutkan dalam petroleum bensin, yang isinya, adalah:
-        Bees wax               90%
-        Canauba wax        10%
2.      Tablet salut selaput (film coated tablet, fct), disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.
3.      Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain yang sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering dipergunakan untuk pengobatan secara berulang (repeat action).
4.      Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau tablet lepas tunda, yakni jika obat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enteric yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
5.      Tablet lepas-lambat (sustained-release tablet), atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

Berdasarkan cara pemakaian
1.      Tablet biasa/tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di lambung.
2.      Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Contohnya tablet antasida.
3.      Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan/atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) yang disebut pastiles, atau dengan cara kempa menggunakan bahan dasar gula yang disebut trochisi. Diisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, dan adstringensia.
4.      Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin.
5.      Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan berisi hormone steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.
6.      Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya berbobot 30 mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptic dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
7.      Tablet bukal (buccal tablet).
8.      Tablet sublingual.
9.      Tablet vagina (ovula).

Komponen tablet
            Komponen tablet atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
1.      Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2.      Eksipien atau bahan tambahan
a.       Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
b.      Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c.       Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d.      Bahan pelican (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.
e.       Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya silica pirogenik koloidal.
f.       Bahan penyalut (coating agent): (lihat pada jenis bahan penyalut)
3.      Ajuvan. Ajuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja dari suatu obat.
a.       Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b.      Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

Cara pembuatan tablet
            Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan tablet menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang saling melekat satu sama lain. cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi.



Tujuan granulasi adalah sebagai berikut:
1.      Supaya sifat alirnya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
2.      Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan bentuk serbuk jika diukurdalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah.
3.      Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari matriks (die).
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran serbuk halus (fines) antara 10%-20% yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat alirnya (free-flowing).
            Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slug), dan kempa langsung.
1.      Granulasi basah
Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Metode ini memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
  • Pengeringan bahan obat dan zat tambahan
  • Pencampuran serbuk gilingan
  • Persiapan larutan pengikat
  • Pencampuran larutan pengikat dan campuran serbuk hingga membentuk massa yang basah.
  • Pengayak kasar dari massa yang basah menggunakan ayakan no 6-12.
  • Pengeringan granul basah dalam lemari pengering pada suhu 400-500 C (tidak lebih dari 600 C)
  • Pengayakan granul kering dengan pelicin dan penghancur.
  • Pencampuran bahan ayakan.
  • Tablet dikempa.

Keuntungan granulasi basah:
·         Memeperoleh aliran yang baik
·         Meningkatkan kompresibilitas
·         Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
·         Mengontrol pelepasan
·         Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
·         Distribusi keseragaman kandungan
·         Meningkatkan kecepatan disolusi
Kerugian granulasi basah:
·         Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
·         Biaya cukup tinggi
·         Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air

2.       Granulasi kering
Granulasi kering/slugging/precompression, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pad tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.
Keuntungan granulasi kering :
·         Peralatan lebih sedikit karena tidak mengguanakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu lama.
·         Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
·         Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh tidak terikat oleh pengikat.
Kerugian granulasi kering:
·         Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
·         Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
·         Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

3.      Kempa langsung
Metode dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering, tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya. Tetapi hanya dapat digunakan pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Cetak atau kempa langsung dilakukan jika:
1.      Jumlah zat berkhasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.
2.      Zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing).
3.      Zat khasiat berbentuk kristal yang bersifat free-flowing.
4.      Mempunyai kompresibilitas yang baik.
5.      Mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati yang termodifikasi, misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.

Keuntungan kempa langsung:
·         Prosesnya lebih singkat, metode ini lebih singkat prosesnya karena tenaga dan mesin yang digunakan lebih sedikit.
·         Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
·         Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melalui proses granulasi terlebih dahulu tetapi langsung menjadi partikel.
·         Tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak perlu melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian kempa langsung:
·         Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
·         Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung, karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkan pun semakin banyak dan mahal.
·         Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien ynag digunakan harus bersifat mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.

Macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet
1.      Binding: kerusakan pada tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2.      Sticking/picking: perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang, atau massa basah.
3.      Whiskering: terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisi-sisiyang berlebih akan terlepas dan menghasilkan bubuk.
4.      Splitting/capping
Splitting. Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Capping: membelahnya tablet di bagian atas.
Penyebabnya adalah:
a.       Daya pengikat dalam massa tablet kurang.
b.      Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengaandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar.
c.       Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d.      Formualnya tidak sesuai.
e.       Die dan punch tidak rata.
5.      Mottling: terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
6.      Crumbling:tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

Syarat-syarat tablet menurut FI III dan FI IV
1.      Keseragaman ukuran (FI III)
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
2.      Keragaman bobot dan keseragaman kandungan (FI IV)
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai beriikut (FI III):
a.       Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.
b.      Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.
c.       Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.

Bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

<25 mg
26-150 mg
151-300 mg
>300 mg
A
B
15
10
7,5
5
30
20
15
10

            Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragamn kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet (FI IV).
3.      Waktu hancur (FI III)
Alat:
Tabung gelas panjang 80mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm, diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kassa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan pengayak nomor 4, berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan searah ditengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam airbersuhu antara 360-380 C sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang dari 15 cm sehingga dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan pada posisi tertinggi tepat di atas permukaan air dan kedudukan terendah, yaitu mulut keranjang tepat di bawah permukaan air.
Cara kerja:
Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kassa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan salut selaput.
      Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per satu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.
Waktu hancur tablet salut enterik:
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, namun air diganti dengan asam klorida (HCl) 0,006 N lebih kurang 250 ml. pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8, atur suhu antara 360 dan 380 C, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kassa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat di atas.
      Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.
      Untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti daripada uji waktu hancur.
Cakram penuntun:
terdiri atas cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm, tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing-masing lubang 10 mm dari titik pusat, pada tiap lubang terdapat kassa kawat tahan karat dengan diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis sama dengan diameter 27 mm. jarak cincin penuntun dengan permukaan atas cakram adalah 15 mm. bobot cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 g dan tidak lebih dari 2,1 g. Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.
4.      Kekerasan tablet (FI III)
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah hardness tester.
5.      Keregasan tablet (friability)
Friability adalh persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut friability tester.
Caranya :
·         Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram).
·         Masukkan tablet ke dalam friability tester untuk diuji.
·         Putar alat tersebut selama 4 menit.
·         Keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan ditimbang kembali (W2 gram).
·         Kerapuhan tablet yang didapat 
Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimum 0,8%.
Implan (Implant)
Implant atau pellet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (subkutan) dengan tujuan memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus (tracor) atau sayatan bedah. Implan biasanya mengandung hormone seperti testosterone atau estradiol yang dikemas dalam vial atau lembaran kertas timah steril

DAFTAR PUSTAKA
Syamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
http://shiciro.blogspot.com/2010/11/teori-sediaan-tablet.html
http://adiyugatama.wordpress.com/2012/04/11/sediaan-tablet/
http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/tablet.html